Oleh :
Syarifuddin, SKM.
Adipura
adalah tropi yang dinanti oleh segenap pemerintah daerah dan kota di Indonesia
sebagai wujud keberhasilan masyarakat dan pemerintah dalam menangani kebersihan
di wilayahnya. Sayangnya di beberapa daerah Adipura setelah didapat hanya
sebagai monumen saja. Keberhasilan adipura tanpa diiringi dengan tingkat
kemampuan pemerintah dalam mengelola kebersihan lingkungan adalah sia-sia
saja.Setiap penilaian adipura segenap perangkat kota sibuk menyiapkan segala
alat yang diperlukan. Penghargaan adipura sebenarnya milik siapa? Kalo dilihat
dari titik
penilaian adipura sebenarnya milik bersama. Ketika titik penilaian ada di pasar
maka pengelola pasar sibuk menyiapkan pasar yang tertib. Ketika titik penilaian
ada di Tempat Pembuangan Akhir sampah maka instansi pengelola kebersihan TPA
bersiap-siap. Ketika instansi pemerintah menjadi titik penilaian adipura makan
semua menjadi terpaksa menyiapkan.
Mendapatkan
adipura tidaklah mudah, karena tahapan penilaian dimulai dari tahap persiapan,
dokumen pendukung, momerandum of understanding (Mou) sampai tahapan akhir
dinilai langsung tim penilai khusus dari kementrian yang menangani langsung. Adalah
menjadi tanggungjawab kita bersama untuk mendapatkan tropi adipura, tetapi
langkah yang harus dijalani tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Peran pemerintah saja
belumlah cukup, karena yang menjadi kunci keberhasilan adipura ada di semua
penentu kebijakan.
Dinas
Kesehatan Kabupaten Banjar dalam mendukung keberhasilan mendapatkan Adipura berupaya
mendukung Pemerintah Kabupaten Banjar dengan melakukan pembinaan dan kerjasama
dengan UPT Pengelolaan Sampah di desa Padang Panjang Karang Intan. Salah satu
kegitan seksi Penyehatan Lingkungan Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (P2PL) adalah secara berkala adalah melakukan Penyemprotan Vektor Lalat di tempat
Pembuangan Akhir sampah.
Penyemprotan vektor
lalat dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyakit yang disebabkan oleh
lalat agar tidak menular ke masyarakat di sekitar TPA. Penyakit Akibat lalat sangat beragam. Lalat tidak menghasilkan
penyakit sendiri, tetapi lalat sebagai vector (penghantar) penyakit. Melalui
lalat, beberapa penyakit mudah tersebar, apalagi pada daerah-daerah yang kumuh
dan kotor.
Penyakit akibat lalat sebenarnya bisa
di hindari, jika saja perilaku hidup sehat dan lingkungan bersih dari
sampah-sampah organik. Serangga lalat merupakan hewan yang hidup dan berkembang
biak di tempat-tempat kotor dan berbau busuk. Serangga kecil ini sangat
mengandalkan penglihatan untuk bertahan hidup, mata majemuknya terdiri atas
ribuan lensa dan sangat peka terhadap gerakan. Beberapa jenis lalat memiliki
penglihatan tiga dimensi yang akurat. Saat ini, ditemukan tidak kurang dari
60.000 – 100.000 spesies lalat di dunia.
Jenis lalat yang perlu diwaspadai di
antaranya lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (Lucilla seritica), lalat
biru (Calliphora vornituria), dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari
keempat jenis tersebut, lalat rumah adalah yang paling dikenal sebagai pembawa
penyakit. dan banyak dijumpai di tempat-tempat yang terdapat sampah basah hasil
buangan rumah tangga, terutama yang kaya zat-zat organik yang sedang membusuk.
Bermacam-macam mikroorganisme penyebab
penyakit menempel di kaki lalat dan rambut-rambut halus di sekujur tubuhnya.
Berbagai penyakit yang disebabkan oleh lalat biasanya berhubungan dengan
saluran pencernaan. karena perpindahan kuman dan mikroorganisme dari lalat ke dalam
tubuh manusia terjadi secara mekanis. Lalat dari tempat kotor dan busuk
kemudian hinggap di makanan sehingga makanan terkontaminasi. Mikroorganisme
akan masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan itu.
Penyemprotan
vektor lalat dengan menggunakan insektisida yang tepat akan mengurangi jumlah
lalat di Tempat Pembuangan Akhir(TPA). Penyemprotan vektor lalat merupakan
Program Upaya Kesehatan Masyarakat dalam rangka Penyelenggaraan Penyehatan
Lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikanlah Komentar dengan Baik dan Sopan